Archive for September 2012

Minuman-Minuman Yang Membutakan

Minggu, 30 September 2012 · Posted in

Seorang pemuda berjalan tertatih-tatih hampir menabrak kursi, diantar bapakanya ke kamar praktik. Matanya tampak sehat dari luar, tiada cacat maupun sakit. Ternyata pemuda itu terganggu pandangannya pasca pesta minuman yang diisukan sebagai minuman jamu penguat. Pemuda itu suka minum-minuman keras sejak beberapa tahun terakhir. ia menganggap miras sekedar penghangat tubuh sehabis makan malam, serta diyakini mampu meningkatkan 'keperkasaan'.

Soal minuman penghangat ini, meniru teman-temannya di jepang, saat pemuda itu pernah bekerja di negri orang selama beberapa tahun. Jepang termasuk negara dingin, minuman alkohol merupakan keharusan, apalagi di bulan Oktober sampai Maret. Minuman alkohol sebagai penutup setelah makan malam merupakan budaya mereka.
Hasil pemeriksaan, kedua mata pemuda tersebut buta total, melihat dunia menjadi putih semua tanpa bisa membedakan objek maupun suasana siang dan malam.

Tidak bisa disangkal lagi, minuman-minuman hasil industri rumah tangga yang tergolong sebagai miras dan/atau obat kuat mengandung alkohol disinyalir terkontaminasi metanol. Metanol merupakan senyawa alkohol beratom 1 C, dengan rumus molekul CH3OH, berat molekul 32, serta mempunyai titik didih hampir 65 derajat celcius. Bahan ini bersifat ringan, mudah menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun, dan berbau spesifik. metanol digunakan secara luas pada industri mobil sebagai larutan pembersih kaca mobil dan bahan campuran untuk bahan bakar.

Bila tertelan manusia, di dalam tubuh manusia metanol diubah menjadi asam format yang bersifat racun dan berperan dapat merusak saraf penglihatan maupun jaringan otak. Gangguan penglihatan terjadi dalam 18-24 jam setelah minum minuman yang mengandung metanol.
Akumulasi asam format inilah yang menimbulkan asidosis metabolik, kerusakan puting syara penglihatan dan otak. Dosis minimal yang mengakibatkan kebutaan belum diketahui, tetapi dilaporkan oleh Arora dan kawan-kawan dalam majalah Inggris, kebutaan terjadi setelah minum sedikitnya 4 ml metanol. Dosis terendah yang mematikan dilaporkan sebesar 300 mg/kg bb.

Berjatuhan
Larutan metanol
Penelitian di Bombay awal 1984 dilaporkan adanya keracunan alkohol massal dan ternyata sumbernya minuman yang tercemar metanol. Korban berumur variasi 30-40 tahun, tetapi di Iran pada kelompok umur 24-30 tahun. Sebagian besar kaum lelaki (94%). Hal ini mungkin terkait banyaknya pengangguran, pengaruh lingkungan, atau sekedar ingin coba-coba.

Adanya salah persepsi tentang manfaat minuman yang konon menghangatkan atau menimbulkan keperkasaan, atau mampu menghilangkan stres kehidupan sehari-hari, barangkali ikut berperan.
Di RS Sardjito pernah dijumpai pasien-pasien keracunan metanol cukup tinggi pada 2010, namun jumlahnya berkurang sampai terakhir terjadi awal Juli 2012 lau. Bahkan seorang warga asing yang sedang tour di Yogya menjadi korban miras produk rumah tangga menderita gangguan penglihatan berat, akibat mencoba miras yang terkontaminasi metanol.
Korban harus dirawat, diobservasi intensif, dilakukan tindakan cepat dan tepat. Jika ditemukan kadar metanol dalam darah lebih dari 50 mg/dL atau pH darah kurang dari 7,35, maka segera dilakukan hemodialisis. Hemodialisis bertujuan untuk menghilangkan metanol dari tubuh korban, serta mengeliminasi asam format dalam jaringan tubuh. Selain itu, diberikan obat-obatan meliputi metil prednisolon 1 g/hari selama 3 hari dan diikuti prednison 1 mg/kg bb.

Ketidak tahuan, pola pikir yang keliru, banyaknya masalah pengangguran, salah dalam pergaulan, keinginana coba-coba terutama pada anak muda terhadap budaya minum-minuman alkohol maupun jamu yang tidak jelas legalitasnya, perlu menjadi perhatian semua pihak.
Pengawasan jaminan mutu terhadap industri rumah tangga yang membuat miras atau jamu perlu ditingkatkan. Sudah banyak korban meninggal, yang menjadi terganggu penglihatannya sampai buta total. Menghadapi masalah kehidupan tidak sepantasnya melakukan pelarian dengan miras agar terlupakan, namun justru berakhir kegelapan bahkan meninggalkan dunia yang masih ada harapan.


Oleh Prof dr Suhardjo SU SpM (K)

Dokter Mata Konsultan FK UGM/RSUD Dr Sardjito,
Pemerhati Oftamologi Komunitas
ditulis ulang dari Kedaulatan Rakyat

Psikologi Perkembangan Anak

Selasa, 25 September 2012 · Posted in

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan proses tiada henti sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Bahkan banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan sudah dimulai sejak manusia masih berada dalam kandungan (pra-natal). Pastinya, proses pendidikan akan dan harus dialami dan dijalani oleh setiap manusia di setiap waktu.
Masa usia dini (2 – 5 tahun) adalah salah satu fase pendidikan yang dijalani oleh manusia. Masa ini merupakan masa pendidikan yang lebih terfokus pada psikomotor anak serta penanaman akhlaq dan sikap hidup anak didik. Psikologi pendidikan sebagai salah satu cabang ilmu psikologi, memberikan kontribusi penting pada proses pendidikan anak usia dini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
B. RUMUSAN MASALAH
Banyak masalah yang dapat diangkat mengenai psikologi pendidikan dalam pendidikan anak usia dini. Pada makalah ini penulis akan mengangkat masalah “Bagaimana peranan psikologi pendidikan pada pendidikan anak usia dini”.
Beberapa pertanyaan masalah yang akan penulis bahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini?
3. Bagaimana peranan psikologi pendidikan pada pendidikan anak usia dini?


BAB II
PEMBAHASAN


A. PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni erupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, orang i sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descrates (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.
Wilayah Aplikasi psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah aplikasi ini rancu. misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.


1. Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
2. Psikologi sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
3. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.
4. Psikologi Kerekayasaan
Penerapan Psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).
5. Psikologi Klinis
Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.
Dalam Undang-Undang NKRI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembangunan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
Berkaitan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut maka pendidik mempunyai peranan penting dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan.
Standar nasional pendidikan No. 19 Tahun 2005 menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam hal ini, psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah guna mencapai tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga terselenggara proses pendidikan yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
B. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Sekarang ini memang sedang ada kecenderungan anak "masuk" sekolah sedini mungkin, terutama dikota-kota besar. Bahkan sebelum berusia 2 tahun pun sudahbisa diterima di suatu sekolah. Hal ini terjadi karena banyak ibu yang bekerja diluar rumah, sehingga anak tidak mendapat pengasuhan atau stimulasi yang optimal. Kalau anda/keluarga mempunyai kesempatan mengasuh anak sendiri di rumah, anda juga bisa melakukan bimbingan agar anak kelak tidak pemalu tetapi cerdas, percaya diri, dan mudah menyesuaikan diri. Jadi biasakan anak bertemu dan bermain dengan anak lain yang sebaya,serta beri kesempatan ia pergi dengan orang dewasa lain yang dapat dipercaya selain orang tuanya sendiri. Umumnya usia yang baik untuk anak memulai sekolah TK pada usia 4-5 tahun. Sambil menanti usia ini ada baiknya anda dan anggota keluarga lainnya bisa mengoptimalkan perkembangan anak dirumah.
Menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan untuk anak-anak usia dini memunculkan berbagai akibat, baik positif maupun negatif. Menilik pada pernyataan di atas, memang kurang tepat apabila anak-anak usia dini ‘dipaksa’ untuk mengikuti proses pendidikan di luar lingkungan keluarganya. Apalagi dengan banyaknya kekurang pahaman lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan anak usia dini terhadap psikologi perkembangan anak yang berpengaruh terhadap metode pembelajaran yang diterapkan.
Kurangnya pemahaman terhadap metode pembelajaran mungkin disebabkan kebingungan para tenaga pendidik. Dalam mengajar mereka hanya berorientasi pada faktor pemikiran. Padahal dalam mendidik anak usia dini, faktor emosi juga menjadi hal yang tak kalah penting.
Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh faktor itu. Dalam suasana emosi yang gembira, mereka menjadi mudah menangkap maksud yang disampaikan. Oleh karena itu pembelajaran yang diterapkan menggunakan metode belajar sambil bermain.
Dalam PAUD, anak-anak tidak diwajibkan bisa membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Tapi seringkali dalam seleksi masuk SD/MI, siswa diharuskan menguasai calistung. Kemampuan anak dalam calistung menjadi kewajiban para guru SD/MI.
Menurut staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Dr Soemiarti Patmonodewo, tidak menjadi masalah jika calistung diajarkan di lembaga PAUD. Asalkan, penyampaiannya dilakukan dengan cara yang tepat. "Kesalahan dalam penyampaian justru akan membuat anak stres,'' ujarnya. Pemberian perintah secara langsung, kata dia, sebaiknya dihindari. Sebab bisa membuat anak tertekan. "Kondisi itu membuat tujuan dari pembelajaran akan susah tercapai.''


Dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini ialah proses pendidikan yang diselenggarakan bagi anak-anak balita guna membentuk mental, akhlak, dan kepribadian, serta perilaku. Alangkah baiknya PAUD dapat diselenggarakan di lingkungan rumah bersama keluarga, sehingga tetap memperhatikan perkembangan peserta didik secara komprehensif, walau sangat penting juga bagi anak untuk bersosial dengan teman sebayanya.
C. PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan
berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil
sambilan.
6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual
namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar
dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering
mengejar tujuan-tujuan lain.
11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
Fase perkembangan psikologi, menurut Hurlock (1980) yang memberi
istilah “strages in the life span” (tingkatan-tingkatan dalam rentang waktu kehidupan) bagi seluruh proses perkembangan individu, diantaranya ialah fase anak anak yang ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain seperti lompat
jauh, lompat tinggi dan sebagainya.
2. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai
seorang individu yang sedang berkembang.
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral
yang berlaku di masyarakat.
4. Belajar memainkan peran.
5. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan
berhitung.
6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
7. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi
dirinya sendiri.
Psikologi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan PAUD, baik itu di lingkungan rumah maupun di lembaga-lembaga penyelenggara PAUD. Dengan psikologi pendidikan, kita dapat merencanakan dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak usia dini. Kita juga dapat menentukan materi, metode, pendekatan, kurikulum, serta sistem penilaian yang tepat untuk peserta didik.

BAB III
PENUTUP


Dari pembahasan di atas, dapat kita ambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana manusia belajar guna mencapai tujuan pendidikan nasional yang sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga terselenggara proses pendidikan yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2. pendidikan anak usia dini ialah proses pendidikan yang diselenggarakan bagi anak-anak balita guna membentuk mental, akhlak, dan kepribadian, serta perilaku yang alangkah baiknya diselenggarakan di lingkungan rumah bersama keluarga, sehingga tetap memperhatikan perkembangan peserta didik secara komprehensif, walau sangat penting juga bagi anak untuk bersosial dengan teman sebayanya.
3. Psikologi pendidikan memiliki peranan yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya bagi anak usia dini, karena dengan psikologi pendidikan, kita dapat merencanakan dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak usia dini.







DAFTAR PUSTAKA


Suryabrata, Sumadi, 2004, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Atkinson, Pengantar Psikologi, Batam: Interaksara
Chaplin, James P., 2005, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajawali Press
Sudarsono, 2004, Pengantar Kuliah Psikologi Umum, Fak. psikologi Unas
Pasim
Suryabrata, Sumadi, 1982, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Rajawali Press